Kisah Dongeng Ketauladanan seorang istri

Posted by Unknown Monday, January 14, 2013 1 comments
Pernah dengar dongeng Klasik Korea – Yun Ok , kisah tentang wanita bijak , isteri yang feminin dan lembut ?

Ceritanya menarik dan mungkin bisa jadi sari tauladan bagi wanita, isteri dan ibu.
Nanti kita cari benang merahnya , setelah membaca dongeng dibawah ini :

Diceritakan ,Yun Ok ini seorang isteri yang sedang kebingungan ,karena kelakuan suaminya. Dia kemudian meminta nasihat ke seorang yang pintar dan bijak.

“ Saya datang mohon pertolongan , wahai orang pintar dan bijak , ingin meminta nasihatmu yang … “, diapun berceritera bahwa dia amat mencintai suaminya , seorang perwira militer kerajaan.
Selama tiga tahun sang suami pergi ke medan perang , dan sekembali dari tugasnya , perangainya amat berubah , ia menjadi kasar , pemarah , juga kepada dirinya.
Ia juga tidak mau bekerja, sawah ladangnya dibiarkan terbengkalai , sehingga keluarganya terlantar.
Mungkin orang bijak itu bisa memberikan sesuatu ( jampi-jampi ), agar si suami itu bisa kembali seperti sediakala dan berbuat baik mencintai isteri dan keluarganya lagi.
Orang pintar itu menjawab : “ Cabutlah sehelai kumis harimau yang masih hidup , agar saya bisa membuatkan reramuan yang kau minta “.


Yun Ok bingung sekali , mencabut kumis harimau hidup , bagaimana bisa ? , tetapi ia amat mencintai sang suami , apa akal ?.

Demikianlah , dia –pun mendatangi kesebuah perbukitan di gunung, tempat harimau itu hidup bersarang.
Ketika dilihatnya macan itu sedang berbaring didepan gua, diapun memanggil harimau itu dengan lembut sambil menyodorkan sebungkah daging , tetapi macan itu tidak mau bergerak dari tempatnya.

Setiap malam dia datang ketempat harimau itu dan melakukan hal yang sama , tetapi macan itu diam seperti biasa, hanya setiap kali dia datang , dia maju selangkah dari semula , sehingga dia makin dekat dengan harimau itu.
Walau macan itu tidak mendatangi Yun Ok , tetapi lama-kelamaan, dia sudah terbiasa dengan kedatangan wanita itu.

Sehingga suatu saat Yun Ok sudah amat dekat dengan harimau itu dan terlihat harimau itupun bangkit dan mendekati dia , saling mendekat , berhadapan , mereka bertatapan , … dibawah cahaya bulan temaram . ( maklum ini dongeng ,… harus lebay )

Besoknya kejadian itu berulang dan si harimau mau menerima uluran daging dari tangan Yun Ok , diapun sempat mengelus si harimau yang diam saja tidak terganggu.
Ketika mereka sudah akrab,suatu hari Yun Ok berkata pada harimau itu , bahwa ia ingin minta/mencabut kumis harimau itu.

Diceriterakan kumis harimau itu didapat dan sang harimaupun tidak marah.

Yun Ok pun cepat-cepat menyerahkan kumis harimau itu pada Orang pintar dan bijak, setelah diterima kumis itu dibuangnya diperapian.

Yun Ok heran dan tidak mengerti , tetapi orang pintar itu mengatakan : “ Apakah suamimi lebih ganas dari harimau ? , apabila kamu sudah bisa melunakkan hati macan yang ganas itu dengan kelembutan dan kesabaranmu , … berbuatlah serupa pada suamimu, diapun akan menuruti setiap permintaanmu “ , Yun Ok baru sadar dan mengerti makna semua permintaan orang pintar dan bijak itu.

Ceritanya sudah tamat sampai disini ,tetapi saya ingin mencari benang merah dari cerita ini secara utuh.

Biasanya wanita identik dengan sesuatu yang lembut , indah dan sabar.

Lembut bukan berarti loyo atau pasrah, Sebab kelembutan itu merupakan perpaduan antara beberapa sifat yang baik , yaitu pengertian , murah hati , simpati, empati , suka memaafkan, kesabaran , kasih sayang dan tahan terpaan gelombang kehidupan , tahan godaan dan masih banyak yang lain.

Kadang juga dikaitkan dengan kecantikan, tetapi dalam artian kecantikan sejati :beauty is the mark GOD set on virtue , bahwa kecantikan terletak pada keluhuran budi/kebajikan seseorang yang diberikan oleh Tuhan YME.

Sehingga semua membentuk hati dan jiwa wanita.

Sepertinya sifat2 itu amat “ keibuan”, sehingga oleh pengarangnya, diharapkan seorang wanita, seorang isteri mempunyai sifat luhur layak bagai sifat seorang ibu.

Benarkah harus seperti itu ? , kalau dipikir kelanjutannya – ini pikiran saya sendiri – laki-laki itu tetap ingin diperlakukan seperti “ anak “ oleh isterinya –kah ?
Mereka tetap ingin dianggap seperti bocah manja , seperti kisah dongeng “ Peter Pan “ , yang tidak pernah mau menjadi dewasa. ?
Apakah memang seperti itu ya ?

Caprib ( Catatan Pribadi ) :
Seorang Ibu bukanlah orang untuk tempat bersandar , tetapi seorang Ibu adalah orang yang menyebakan bersandar tidak lagi diperlukan.
( Dorothy Comfield Fisher )
==============================================================
source : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/12/15/dongeng-klasik-korea-yun-ok-kelembutan-hati-wanita-516216.html

Recent Coments

Tentang Saya

Nama Saya Heka Ardian, Dari KEDIRI jawa timur yang masih Gaptek. Tujuan membuat blog ini tak lain hanyalah untuk sekedar sharing dan memberikan Informasi yang semoga bisa bermanfaat Bagi pembaca setia Blog Ini. Ingin share atau berbagi cerita kalian? Saya selaku admin sangat senang menerima itu, nama dan identitas sobat akan saya cantumkan di akhir artikel, Mau silaturahmi sama saya? Klik facebook ini. Blog Lain Ophoo